Kamis, 14 Agustus 2014

TFIOS Vs Divergent

Gue 'baru' aja nonton film Divergent sama The fault in our stars. I know, t-e-l-a-t banget ya. Cuma mau sedikit membandingkan film dengan tokoh utama yang sama ini.


Gue lebih suka Divergent. 

Dua film ini sebenernya punya makna yang bagus. I got the red line on it. Cuma jalan cerita Divergent ternyata memang lebih bagus. Bukan mengatakan #TFIOS jelek, cuma jalan ceritanya gak banget lah. Gantung juga walaupun sedihnya dapet. Tapi gue gak ngerti sedihnya kenapa.
1. Augustus tiba-tiba kena kangker?
2. Kenapa mereka ke Amsterdam dengan undangan dari asisten/istri Petter?
3. Augustus meninggal duluan tapi gak spesifik.
4. And why a sick couple doin activity like 'that'? I mean..in Amsterdam. Gak banget

Cuma gue dapet satu pesan dari film yang dibangga-bangga kan temen-temen path gue ini. Try to love in unconditional way. You will not regrets in anything, walaupun rasa kesepian itu pasti ada. Do everything while you can do. Tapi endingnya apa? Gak dapet

Mean while, Divergent. Gue sangat suka jalan ceritanya. Membagi kehidupan dalam berbagai faksi-faksi yang mewakili diri sendiri. Dengan jalan cerita yang bikin penasaran, film ini sukses banget kalo menurut gue. Sedih nya dapet, bukan cuma sedih dengan pasangan. Orang tua, keluarga, masyarakat, orang-orang satu nasib. Yaaa dapet lah sedihnya berkelas. Heww

Gue sangat suka sama pemain cowonya. Four atau Tobias. I don't even know his real name. Karakternya keren, dan ternyata dia Divergent juga. Udah gitu gantengnya gak abis-abis lagi. Haha. Walaupun dengan ending yang masih menggantung, ya gue gak tau ujung dari kereta itu mereka bakal lompat dimana? Dan gue gak ngerti kenapa mereka gak balik ke kota mereka dan ngebangun semuanya lagi. Karna, Erutide sudah bisa dikalahkan bukan? Shit gue yang bego apa apa si :')

Intinya gue juga dapet banyak hal dari film Divergent.

Dalam kehidupan, kita gak akan bisa hidup dalam satu bidang *which is faksi* kita butuh semua bidang. Intinya semua hal memang tercipta untuk diperlukan dalam kehidupan. Kita gak bisa hanya menjadi baik, hanya menjadi jujur, hanya peduli sosial, hanya pemberani dan pintar. Kita perlu menjadi pribadi yang mendekati sempurna dengan berusaha untuk menyatukan semuanya. I mean, being divergent is great.
Dan rasa takut dalam diri kita, sebenernya hanya halusinasi yang kita buat sendiri. Tentunya kita bisa hadapi sendiri juga. Nothing impossible when you believe in your self. 

Last, kalau ditanya sukaan mana antara TFIOS Vs Divergent... pastinya gue lebih memilih Divergent. Karna banyak pesan kehidupan dan gak melulu cinta didalamnya.

Gue lagi males nulis :(

Tidak ada komentar:

Posting Komentar